Halaman

Translate

Sabtu, 15 Maret 2014

Coretan yang masih eman tuk dihapuskan



Peterongan, 1 Oktober 2012
                   Gadisku
Aku terhenyak. Benarkah ini?
Kala anak gadisku tlah beranjak remaja, dan ku kian sulit tuk mengenalinya.
Jamankah yang salah?
Ketika gadis-gadis lebih suka ber- ibu-kan handphone
Lebih leluasa bicara di facebook
Lebih ceria dan bahagia saat ber sms ria,
Lebih segalanya.
Aku merasa kalah. Terkalahkan teknologi yang tak sepenuhnya kukuasai.
Ku tak bisa bisa lagi menjangkau gadis kecilku,
Ku tak mampu lagi menerbitkan tawa di mulut mungilmu.
Gadis kecilku seolah tak memedulikanku.
Dia kan datang padaku, hanya saat memerlukan uluran rupiahku.
Lain tidak!.
          Aku dengan segala keputusasaanku,
          Adakah lagi yang bisa ku lakukan,
          Tuk merengkuh kembali gadisku, seperti dulu!!






Peterongan , 1 Oktober 2012
                   Lelah
Aku tlah lelah berjalan,
mendaki bingkai kehidupan yang  porak poranda.
Aku sakit dalam lelahku. Lelah dalam sakitku
Aku remuk dalam lelahku. Lelah dalam remukku
Aku butuh sandaran-Mu sejenak tuk melepas penatku.
Ya Rabbi,
Kesumat hidup tlah membutakan mataku,
Mendorongku ke gerbang neraka dunia, oleh ulah ciptaan-Mu.
Tapi di satu titik kesadaranku…
Ku tersadar,
Ada nyawa lain yang membutuhkanku,
Di ujung hari-hariku.










Peterongan, 13 Oktober 2012
                   Pada Sebuah Kamar
Ku tak bisa menangis lagi, atas perselingkuhanmu.
Aku sudah biasa, terlalu biasa.
Aku bahkan selalu mengenal siapa saja wil-mu
Tapi yang terakhir ini memang cintanya kepadamu sungguh luar biasa.
Tak tahu malu dan siap melakukan apa saja.
Ku bahkan tak mampu membendung lautan cintanya untukmu.
Lalu aku?
Ku sudah tak mau lagi menerima tangis penyesalanmu.
Rekaman itu sudah banyak berbicara.
Sejauh mana hubunganmu dengannya.
Genitnya si dia ditingkahi suara mesramu,
Pada sebuah kamar,
Pada sebuah KAMAR!
Pada SEBUAH KAMAR!!
PADA SEBUAH KAMAR!!!







Jember, 06 Januari 2013
                   Takdirku
Aku tak mungkin mengubah takdir
Takdir tlah bertahta di singgasananya
Waktu tlah berkata, semua sudah ada garis tangannya
Aku tak hendak menghalang
Aku tak hendak menolak
Biarlah semua mengalir apa adanya
Melaju mengikuti arus
Tanpa rekayasa
Kebencianku memang tlah berubah jadi kesumat
Namun kukurung rapat
Mungkin kan jadi bom waktu…
Yang siap menghantam siapa pun penentang
Aku memang tlah siap maju perang
Bersama takdirku!








Jember, 06 Januari 2013
Siapa itu
yang mencoba mengetuk pintu hatiku
tuk kembali menguak masa lalu
masaku tlah berjalan, ku tak mau menoleh ke belakang
sudah terlambat tuk menangisi
jejak langkahku tak mungkin ku kenali lagi
aku kini tumbuh menjadi manusia baru
tlah kuhapus semua memori kelabu
dalam hidupku
Siapa pun itu yang mengetuk pintu hatiku
Jangan jadi penghalang langkahku
Harga diriku tlah mengajarkanku arti martabat
Aku tidak akan mengalah lagi
Aku kan terus maju









Peterongan, 13 januari 2013
Kisah Selingkuh 1
Berada di antaramu dan si diamu
Bagaikan akulah di duri pengganggu
Yang entah kapan akan kau cerabut
Biar tak menghalangi kisah kasih gelapmu

Kisah Selingkuh 2
Tahukah kamu,
di saat aku menikmati perselingkuhanmu
aku senantiasa berdoa
agar kalian berdua bahagia
dan pabila mati
kan membusuk di neraka!

Kisah Selingkuh 3
Apapun yang kupunya tlah kuberikan
Badan, jiwa, bahkan harta
Kini saat aku kan menjadikan diriku barang bekas
Bagai si karang yang terhempas
Menikmati cinta yang kandas
Aku puas!


Peterongan, 13 Oktober 2012
                   Teratak
Ada teratak jejak yang tak terlihat,
Kian kabur dan mengabur.
Seiring menguapnya nyawa, menguapnya jiwa.

          Ada teratak jejak yang tak terlihat,
          Menyisakan kepiluan sebuah hati,
          Yang terdhalimi.
          Terkubur memang, oleh jejak-jejak baru…
          Namun tetap saja,
          Tak terhapuskan!
         











Wonosalam, 28 Oktober 2012
                             Pelukan Malam

Malam, ku tak ingin pulang dari pelukmu
Rontaku.
Hangat pelukmu menyelinap di muara api unggun bocah-bocah itu
Syahdu.
Betapaku ingin berteriak,…
Tetapkan aku di sini
Ku tak mau kembali!
Malam, damai pelukmu melumuri
Gejolak darah menggelegak
Bisikmu,
Kembalilah ke sini…
Berpeluk denganku sepanjang waktu!
Ah, andai…  








Peterongan, 01 November 2012
                   Batas
Ada batas yang tipis antara cinta dan benci
Setipis irisan daging ayam di soto pengajian
Meski ketebalan antar irisan tidaklah selalu sama
Begitu pula cinta,
Begitu pula benci.
Terkadang besar cintanya, terkadang besar bencinya.
Terkadang pula lambaian cinta seolah mengikis benci
Namun hanya sekejab. Lalu terkikis
Karna benciku tersusun dari lembaran batas tipis
Yang telah terangkai rapi selama ini
          Kinilah baru ku sadar,
          Soto ayam di pengajian, andai tipis irisannya
          Koyok ilir …
          Ternyata ada maknanya!
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar