Halaman

Translate

Selasa, 18 Maret 2014

Surat Buat Ibu



Surat dari anakku Farah Aida Ilmiatul Kulsum, 22 Desember 2013 (spesial hari ibu, katanya...)

Ehm, sebenarnya ku tahu- Ibu bukanlah tipikal romantic people. Bukan ratu kecantikan sejagad. Bukan pemain sinetron, ataupun bintang iklan. Namun, Kau laksana bhagaskara. Menyelimuti hatiku dengan do’a, menciumi kalbuku dengan cerpen-cerpen puitismu. Pernah ku berkata di hadapan cermin, “Mampukah aku menjadi sastrawan hebat? Entahlah.” Tiba-tiba, kini jawabannya mengambang di udara. Senyap akan tawa. Setidaknya, di hari Ibu ini- secuil kata dalam suratku adalah ucapan yang selama ini tertahan. Lalu, mengembun sendu di antara tangis di dalam shalatku.  
Ibu, inginnya ku selalu di sampingmu. Membantumu memasak, berkebun, mencuci piring, memijati kedua kakimu di tengah malam, bahkan hal-hal kecil lainnya yang selalu ku lakukan sembunyi-sembunyi di belakang pundakmu. Inginnya, kupeluk dirimu di hari ulang tahunmu- tepat tanggal 1 Desember kemarin. Inginnya, tak mengecewakanmu.., tetapi aku bukanlah seorang anak yang baik, dan kerap bertindak bodoh di depanmu. Apatah peringkat tryoutku anjlok, nilai Nahwu Shorofku menurun drastis, kau masih saja melayangkan senyummu.
Ketika cerita pendekmu mulai muncul di majalah Jayabaya, kuceritakan dengan semangat 45 kepada teman terdekatku, hingga ia bosan. Ketika ku tahu, aku tidak akan punya keluarga yang sama seperti hari kemarin- kau hanya tertawa. Hidup tak akan berhenti, atau detak jantungmu berhenti berdetak, jika ayahmu satu-satunya, tentu saja hanya seorang; lebih memilih hidup dengan wanita lain. Lari dari tanggung jawab, membiarkan ibumu bekerja membiayai kedua anak sendirian. Berkali-kali kukatakan kepada diriku sendiri, “Aku tidak butuh seorang ayah. Hanya ibu!” Kau hanya mengusap keningku. Menceritakan kebaikannya, namun seolah komputer rusak- telingaku tak merespon. Maaf, Bu.
Beratus-ratus puisi, berpuluh-puluh cerpen, dan berbagai do’a yang kupanjatkan, rasanya masih tak mampu untuk menghapus luka hatimu, Ibu… Kuharap, di antara rintik hujan di balik jendela asramaku ini- setitik do’aku kali ini jatuh di antara hujan. Bergabung bersama tangis dan do’a yang lalu. Mengalir perlahan menyusuri sungai, dan nantinya sampai di atas pangkuan Allah S.W.T
Selamat hari Ibu.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar