Sebuah Kaca Benggala Noktah Hidupku
Catatan lama, dari dokumen lama,...kisah lama...
Doa Untuk Para Selingkuher
Semoga kalian berdua bahagia
Mati bersama
Dan membusuk di neraka
Amiin
OBITUARI
USIA 36
Kehilangan
uang, mungkin masih bisa dicari gantinya. Kehilangan jabatan, tentulah masih
ada tempat yang lainnya. Tapi kehilangan kepercayaan ?,…ke mana mencarinya?...
ataukah masih bisa kembali?. Kepercayaan yang kumiliki telah kurangkai satu demi
satu sejak 15 tahun yang lalu. Ketika kehilangan itu seketika, apakah aku masih
bisa meroncenya kembali?
Aku
terlalu sering menutup mata atas apa yang telah dilakukannya. Dan itu rasanya
tidak adil. Dia bisa, enjoy, dan seringkali. Mengapa aku tidak?. Apakah karena
aku perempuan?, tentu saja tidak. Hal ini mesti kujawab sendiri. Kurasa dia
self kontrolnya kurang. Ataukah karena ada darah turunan ndableg?.
Mulai
si I, bisa kutoleransi. Hingga si Y , aku masih bisa
terima. Tapi kini si R , tingkahnya sangat keterlaluan.
Perempuan yang suka datang saat aku nggak ada di rumah. Suka mengirim sms yang
bahasanya jauh dari unsur kesopanan. Berpapa mama, bercipika cipiki, berjanji
ketemu di sono dan di sini. Padahal dia masih punya suami. Tentulah tidak etis
jika aku hanya menyalahkannya. Tentulah aku mesti berpikir tumbu oleh tutup. Ada kesempatan, ada peluang , dan
ada kemauan. Mau sama mau itulah rumus yang paling tepat. Mengapa kubiarkan?,
aku nggak mau dia sakit. Kalo mikir sedikit sakit. Punya beban sedikit sakit.
Biarlah kutanggung semua kebutuhan anak-anak, belanja harian, dsb. Tapi
sekarang kalau aku lagi berpikir jernih, aku merasa aku sudah menghabiskan
hidupku untuk pengabdian yang tanpa penghargaan. Aku bagai si babu tanpa tanda
jasa. Gajiku habis musnah tanpa sempat aku berbenah diri. Apa yang kuinginkan?,
ikut bermain cintrong dengan someone? Ah aku sudah nggak mikir ke situ.
Obsesiku hanya anak-anak. Bahkan mungkin aku harus mulai menyisihkan sesuatu
untuk saudara- saudaraku. Ke mana aku kembali seandainya ada sesuatu yang
menimpaku, andai orang tua sudah tiada?, ke saudara kan?
Film
Korea berjudul Queen of Reversal, seakan menyindir kehidupanku. Aku tidak
pernah mau mengakui bahwa akulah yang mencintainya, sepanjang pernikahan ini.
Ternyata mencintai itu sangat melelahkan. Begitu banyak pengorbanan, dan harus
dikorbankan. Apa saja yang telah kuperoleh?, kebahagiaan apa yang telah
kumiliki?
Aku
akui, aku adalah robot hidup yang telah kusetel sendiri cara berjalan dan
waktunya. Aku sibuk memandang masa depan yang abstrak, sibuk mempersiapkan
bekal untuk masa mendatang, tapi pijakakanku rapuh. Dia tidak pernah berusaha
menyesuaikan langkah seiring sejalan. Misal, ayo nabung untuk persiapan sekolah
anak-anak, katanya saat itu masih jauh. Bagaimana mau terlepas dari hutang,
kalau keinginan berhutang itu selalu ada?. Aku memang tidak pernah tahu
bagaimana dia mengatur pengeluarannya. No problem, itu sudah sejak dari dulu.
Mobil, dan mobil itu penyakitnya. Mobil rusak habis berapa pun direwangi
hutang, dicarikan. Sempatkah terpikir untuk nyandangi istrinya?, membelikan
gelang seharga tiga juta, misalnya. Aku ingin sebulan saja menjadi permaisuri
yang berhak mutlak atas gajinya, semua ceperan-ceperannya. Apalagi kalo diklat
bermutu, wah penghasilannya lumayan besar. Aku tahu besarnya pun dari keluarganya. Tidak pernah dari
mulutnya. Ya, sekarang saja agak terbuka. Pernah pegang sekali eh buat nyaur
utang. Andai kulunasi pun hutangnya, pasti ya akan ngutang lagi begitu terus.
Apa yang kuperoleh, ya tetap saja. Easy going.
Si
R pasti nggak tau , aku juga urun untuk membeli mobil. Bisanya main perintah,
bawa mobilnya, ku tunggu di sini. Huh, aku saja belum pernah ngatakan seperti itu. Aku sangat toleran dengan
kegiatannya. KKG lah, rapat bermutu lah, buwuh lah. Banyak alasan untuk pergi
berdua.Aku merasa tidak ada yang bisa kupercayai, dan sekarang aku mengandalkan
kata hati untuk kuturuti.
Aku
memang ndeso, sulit berubah, jadul, dsb., sudah sering kusuruh dia meninggalkanku.
Aku tidak mau berubah, aku nggak pernah pingin jadi kepala sekolah, aku hanya
menyukai kegiatan mengajarku. Lain tidak.
Suruh
si R bercerai dari suaminya. Menurut cerita suaminya pernah mengajar, namun
karena hasil nggak mencukupi, lalu putar haluan buka toko. Mungkin si R mau
mencari yang selevel, orang yang bisa mengerti kariernya, bisa mamahami siapa
dia. Oke-oke saja. Tapi kasihan juga suaminya. Andai aku jadi si R, bagaimana
perasaan suami yang terlalu sering melihat istrinya asyik ber sms ria dengan
suami orang lain. Atau mungkin suami si R cukup tahu diri posisinya, sehingga
hal itu dibiarkan saja.
Andai
satu SD aku maklum buwuh berdua, lha ini beda sekolah rumahnya di timur kok ya
sebegitunya nyusul ke barat buat buwuh bareng. Nggak adakah teman guru di samping
rumahnya?. Tahu gitu juga pas ada mertua dan kakak suamiku. Oh, barangkali
dikenalkan, siapa tahu besok-besok kalo dijak sowan biar sudah kenal, sudah
akrab. Tapi kayaknya keluarganya memang sangat mendukung semua yang
dilakukannya. Toh, bulanan lancar…
Apalagi
saat kutinggal diklat di Surabaya tempo hari, wah malah ada alasan untuk
bertemu terus. Lha pamitnya sama suaminya, itu lho gimana?
Aku
percaya Allah maha adil. Aku tidak akan meminta bantuan siapa pun untuk ngudari
masalahku, Allah maha tahu segalanya. Mungkin dia akan mundur teratur, atau
maju serentak? Hanya Allah yang tahu. Aku sudah merelakannya pergi jauh sebelum
dia meminta ijinku. Aku mungkin lebih suka sendiri. Menikmati hidupku ini.
Mungkin aku bisa setiap sore ke toko
buku, setiap hari Kamis bisa ikut toreqotan pagi sampai sore. Atau yang
lain hal yang menyenangkan.
Aku
pasang target, gaji sertifikasiku akan langsung kudeposito. Aku nggak akan mau
menerima bujuk rayu untuk nglunasi utang ini, atau yang lain. Aku harus tegak
berdiri, aku harus punya celengan 50 juta akhir tahun 2013. Aku ingin pergi
haji tanpa hutang. Aku pingin andai aku mati sewaktu-waktu anak-anakku ada dana
tunai untuk biaya sekolah. Aku akan biarkan masalah berlalu. Lha kalau masih
meracuni pikiran?, ya tulis lagi. Beres.
Kalau
mengikhlaskan, mengapa kok masih memel?, karena batasan yang kuberikan dia
melanggarnya. Carilah istri lain gadis atau janda, jangan istri orang. Tahu
berdosa, masih…
Sabar,
sabar, sabar, biarkan , biarkan , dan biarkan. Allah yang lebih tahu apa yang
terbaik bagiku, dia dan suamiku.
Peterongan, menuju malam 1 Desember 2011
Kisah
Pamungkas ( 2012)
Bukanlah maksud diri untuk mengumbar
aib diri sendiri dan keluarga, tapi beginilah adanya, apapun yang terjadi
takdir jualah yang telah berkata.
Perselingkuhan yang terjadi antara
suamiku dengan si R, teman akrabnya yang terkini (karena sebelumnya juga
pernah akrab dengan beberapa teman perempuan),mungkin sudah berlangsung lama.Sejak
akrab karena sama-sama ketua KKG Bermutu, atau bahkan sebelumnya, dalam
kapasitas sebagai guru LBB. Dua tiga tahun berjalan. Persahabatan, pertemanan,
mungkin hal yang wajar dalam dunia kerja. Namun fakta mengatakan lain, sms mesra muncul kian deras dua tahun belakangan ini. Puncaknya, saat aku menemukan 76 sms mesra, aku nggak
tahan lagi. Isinya di luar batas kewajaran. Gimana rasanya tak cium tadi ?,
andai aku bisa mengulang saat-saat indah bersamamu, panggilan mesra papa mama,
ku tunggu di musholla pasar M, cepetan pa aku sudah kangen, bagaimana
cara mencegah kerinduan ini?, dsb. Dsb. Kutunjukkan suami, kusembunyikan hpnya,
semalaman dia mencari-cari, paginya dengan menangis-nangis dia minta maaf. Tidak
akan mengulangi lagi. Aku tidak tega, kutunjukkan hpnya, lalu semua sms -sms
itu dihapusnya. Dan kami berbaikan lagi. Begitu seterusnya hingga dua tiga kali
terulang. Aku harus bagaimana?
Aku menyadari suamiku orang yang
pandai mengatur bicara, mampu berkomunikasi dalam menghadapi situasi apapun.
Siapapun termasuk aku selalu luluh dalam kata-kata manisnya. Semua kata-kataku
selalu dibalasnya dengan penuh rasa percaya diri. Siapa orangnya yang sanggup
untuk tidak mempercayainya?
Namun dari hari kehari aku diliputi
rasa ketidakpercayaan. Rasa itu menggerogoti jiwa dan fisikku. Aku sudah tidak
percaya lagi dengan suamiku. Apalagi hpnya hampir dua tahun ini selalu disembunyikan,
dengan alasan kalau aku ngonangi sms yang tidak kusuka aku selalu
mengintimidasi pengirimnya. Ya, itu memang kulakukan. Wanita mana yang tahan
membaca sms seperti ini “Pa, ingin rasanya aku mengulang kembali saat-saat
seperti itu..”, atau “Gimana rasanya tak cium tadi?”,…sms –sms mesra ituterus
membayang di benakku, gila rasanya aku tak bisa menghapus tulisan-tulisan itu
meski sms aslinya sudah dihapus. Kutelpon dia, kutanya bagaimana ini smsnya kok
sudah seperti itu?. Dengan enteng dia menjawab,” Lalu mau ibu bagaimana?...,kubalas
lewat sms, kalau begitu aku lebih baik pisah saja, biar hubungan kalian tidaka
ada yang menghalangi.Lewat sms dia menulis juga, “Nggih dipenggalih rumiyin bu,
mpun kesesa!.” Oh, berarti hubungan
mereka memang sudah jauh.Namun kukuatkan diri bahwa aku harus mempercayai
suamiku. Aku masih membuang jauh-jauh pikiran bahwa mungkin dia sudah tidur
dengan suamiku.Semua kukembalikan kepada Tuhan, ya Alloh beri aku kekuatan. Kehidupan
pun kembali seperti biasa.
Waktu berlalu , takkusangka suamiku
makin sekonyong koder dengan si R, ketika tak sengaja aku melihat hp yang
dices, di samping tempat tidur di mana suamiku tertidur pulas, aku seolah-olah
ditunjukkan oleh Alloh untuk melihat- lihat hp suamiku lagi. Alasannya sepele,
pagi hari sebelumnya hp itu lenyap. Dan dengan tatapan menuduh, suamiku
seolah-olah mengira aku menyembunyikannya. Sempat ku bilang, “aku wis ora
ngurusi hp, kabeh tak pasrahna nang Gusti Alloh. Bah-bah sakkarepmu!”.
Ya Alloh, di dalam hp aku menemukan
lima sms mesra, saling menjawab yang bunyinya seperti berikut ini:
1. S
KCL DH TDR, KULO SNDR PA
2. Ilhm
k mn? Andai q d stu pasti kt sling cumbu geh ma pjit2an sling belai raba n…
3. ILHM
MSH BLJR KLMPOK, GEH PA, JNENGN PKAI KATOK PENDK P SRUNG NYUCI MBLNY
4. Q
hbs bntu fris td periksa mbl mur bautny n jg aki skrg lg nyuci mbil. Q amt
mnyayangi mama n pngn sgara nikh jd pyn trllu cpt tp q thu pyn blm legowo dgn
5. NEK
MANTUN NYUCI MBL, DANG ISTRHT BIAR GAK SKT.KULO GEH BADHE SARE, Q JG SNGT
MNYYNGI PAPA
Aku
seolah tak percaya, kepercayaanku pada suamiku runtuh sudah. Lalu aku coba
melongok rekaman video di hp itu. Ya Alloh, Ya Robbi, aku melihat sebuah video
yang benar-benar di luar dugaanku. Dengan background di kamar hotel, si R
dengan hanya memakai balutan kain berlenggak-lenggok di syuting suamiku dengan
senyam senyum wanita menggoda.Diiringi suara TV dan suara mesra suamiku. Haqqul
yakin, itu suara suamiku. Lalu adegan diakhiri dengan menutup selambu
kamar.Syuting pun berakhir. Aku langsung
murus setelah melihatnya. Satu video sudah cukup membuatku mengambil keputusan.
Entahlah aku sudah kalut lalukocopi video itu. Dengan bantuan anakku copian
video dan sms itu, disimpan di berbagi
tempat, supaya tidak dihapus oleh suamiku. Mereka berdua sudah di luar
batas norma-norma. Dia bersuami, suamiku beristri. Bagaimana mungkin semua norma-norma agama, moral, dan
sosial mereka langgar?. Karena cinta? Karena nafsu? Karena apa?. Tapi yang
jelas aku sudah tidak diperhitungkan di situ. Mereka berdua sama-sama PNS,
pergi berdua ke hotel, tanpa mereka minta pun asumsi publik akan mengarah ke
perbuatan asusila.Diakui atau tidak, itu sudah perbuatan dosa. Tanggung sendiri
dosa itu, kata tobat ucapkanlah berulang kali, tapi aku sudah tidak menyisakan
sedikit pun tempat di hati untuk menerima tobatnya. Aku sudah trauma. Hatiku
sudah teriris-iris sejak lama, lama sekali. Biarlah aku menjauh dari
kehidupannya. Aku harus berani melangkah sendiri menatap masa depan, jalan di
depanku masih panjang. Tapi ku harus!.
Aku
harus mengakhiri sekarang, kata maaf sudah bukan jaminan seseorang untuk
berubah. Aku harus memikirkan diriku sendiri. Ya, akhirnya kulayangkan surat
gugat cerai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar