Halaman

Translate

Kamis, 03 Desember 2015



Sebuah Kaca Benggala Noktah Hidupku
Catatan lama, dari dokumen lama,...kisah lama...  
                                                                              Doa Untuk Para Selingkuher
             Semoga kalian berdua bahagia
Mati bersama

Dan membusuk di neraka
Amiin

OBITUARI USIA 36

            Kehilangan uang, mungkin masih bisa dicari gantinya. Kehilangan jabatan, tentulah masih ada tempat yang lainnya. Tapi kehilangan kepercayaan ?,…ke mana mencarinya?... ataukah masih bisa kembali?. Kepercayaan yang kumiliki telah kurangkai satu demi satu sejak 15 tahun yang lalu. Ketika kehilangan itu seketika, apakah aku masih bisa meroncenya kembali?
            Aku terlalu sering menutup mata atas apa yang telah dilakukannya. Dan itu rasanya tidak adil. Dia bisa, enjoy, dan seringkali. Mengapa aku tidak?. Apakah karena aku perempuan?, tentu saja tidak. Hal ini mesti kujawab sendiri. Kurasa dia self kontrolnya kurang. Ataukah karena ada darah turunan ndableg?.
            Mulai si I, bisa kutoleransi. Hingga si Y , aku masih bisa terima. Tapi kini si R , tingkahnya sangat keterlaluan. Perempuan yang suka datang saat aku nggak ada di rumah. Suka mengirim sms yang bahasanya jauh dari unsur kesopanan. Berpapa mama, bercipika cipiki, berjanji ketemu di sono dan di sini. Padahal dia masih punya suami. Tentulah tidak etis jika aku hanya menyalahkannya. Tentulah aku mesti berpikir tumbu  oleh tutup. Ada kesempatan, ada peluang , dan ada kemauan. Mau sama mau itulah rumus yang paling tepat. Mengapa kubiarkan?, aku nggak mau dia sakit. Kalo mikir sedikit sakit. Punya beban sedikit sakit. Biarlah kutanggung semua kebutuhan anak-anak, belanja harian, dsb. Tapi sekarang kalau aku lagi berpikir jernih, aku merasa aku sudah menghabiskan hidupku untuk pengabdian yang tanpa penghargaan. Aku bagai si babu tanpa tanda jasa. Gajiku habis musnah tanpa sempat aku berbenah diri. Apa yang kuinginkan?, ikut bermain cintrong dengan someone? Ah aku sudah nggak mikir ke situ. Obsesiku hanya anak-anak. Bahkan mungkin aku harus mulai menyisihkan sesuatu untuk saudara- saudaraku. Ke mana aku kembali seandainya ada sesuatu yang menimpaku, andai orang tua sudah tiada?, ke saudara kan?
            Film Korea berjudul Queen of Reversal, seakan menyindir kehidupanku. Aku tidak pernah mau mengakui bahwa akulah yang mencintainya, sepanjang pernikahan ini. Ternyata mencintai itu sangat melelahkan. Begitu banyak pengorbanan, dan harus dikorbankan. Apa saja yang telah kuperoleh?, kebahagiaan apa yang telah kumiliki?
            Aku akui, aku adalah robot hidup yang telah kusetel sendiri cara berjalan dan waktunya. Aku sibuk memandang masa depan yang abstrak, sibuk mempersiapkan bekal untuk masa mendatang, tapi pijakakanku rapuh. Dia tidak pernah berusaha menyesuaikan langkah seiring sejalan. Misal, ayo nabung untuk persiapan sekolah anak-anak, katanya saat itu masih jauh. Bagaimana mau terlepas dari hutang, kalau keinginan berhutang itu selalu ada?. Aku memang tidak pernah tahu bagaimana dia mengatur pengeluarannya. No problem, itu sudah sejak dari dulu. Mobil, dan mobil itu penyakitnya. Mobil rusak habis berapa pun direwangi hutang, dicarikan. Sempatkah terpikir untuk nyandangi istrinya?, membelikan gelang seharga tiga juta, misalnya. Aku ingin sebulan saja menjadi permaisuri yang berhak mutlak atas gajinya, semua ceperan-ceperannya. Apalagi kalo diklat bermutu, wah penghasilannya lumayan besar. Aku tahu besarnya  pun dari keluarganya. Tidak pernah dari mulutnya. Ya, sekarang saja agak terbuka. Pernah pegang sekali eh buat nyaur utang. Andai kulunasi pun hutangnya, pasti ya akan ngutang lagi begitu terus. Apa yang kuperoleh, ya tetap saja. Easy going.
            Si R pasti nggak tau , aku juga urun untuk membeli mobil. Bisanya main perintah, bawa mobilnya, ku tunggu di sini. Huh, aku saja belum pernah ngatakan  seperti itu. Aku sangat toleran dengan kegiatannya. KKG lah, rapat bermutu lah, buwuh lah. Banyak alasan untuk pergi berdua.Aku merasa tidak ada yang bisa kupercayai, dan sekarang aku mengandalkan kata hati untuk kuturuti.
            Aku memang ndeso, sulit berubah, jadul, dsb., sudah sering kusuruh dia meninggalkanku. Aku tidak mau berubah, aku nggak pernah pingin jadi kepala sekolah, aku hanya menyukai kegiatan mengajarku. Lain tidak.
            Suruh si R bercerai dari suaminya. Menurut cerita suaminya pernah mengajar, namun karena hasil nggak mencukupi, lalu putar haluan buka toko. Mungkin si R mau mencari yang selevel, orang yang bisa mengerti kariernya, bisa mamahami siapa dia. Oke-oke saja. Tapi kasihan juga suaminya. Andai aku jadi si R, bagaimana perasaan suami yang terlalu sering melihat istrinya asyik ber sms ria dengan suami orang lain. Atau mungkin suami si R cukup tahu diri posisinya, sehingga hal itu dibiarkan saja.
            Andai satu SD aku maklum buwuh berdua, lha ini beda sekolah rumahnya di timur kok ya sebegitunya nyusul ke barat buat buwuh bareng. Nggak adakah teman guru di samping rumahnya?. Tahu gitu juga pas ada mertua dan kakak suamiku. Oh, barangkali dikenalkan, siapa tahu besok-besok kalo dijak sowan biar sudah kenal, sudah akrab. Tapi kayaknya keluarganya memang sangat mendukung semua yang dilakukannya. Toh, bulanan lancar…
            Apalagi saat kutinggal diklat di Surabaya tempo hari, wah malah ada alasan untuk bertemu terus. Lha pamitnya sama suaminya, itu lho gimana?
            Aku percaya Allah maha adil. Aku tidak akan meminta bantuan siapa pun untuk ngudari masalahku, Allah maha tahu segalanya. Mungkin dia akan mundur teratur, atau maju serentak? Hanya Allah yang tahu. Aku sudah merelakannya pergi jauh sebelum dia meminta ijinku. Aku mungkin lebih suka sendiri. Menikmati hidupku ini. Mungkin aku bisa setiap sore ke toko  buku, setiap hari Kamis bisa ikut toreqotan pagi sampai sore. Atau yang lain hal yang menyenangkan.
            Aku pasang target, gaji sertifikasiku akan langsung kudeposito. Aku nggak akan mau menerima bujuk rayu untuk nglunasi utang ini, atau yang lain. Aku harus tegak berdiri, aku harus punya celengan 50 juta akhir tahun 2013. Aku ingin pergi haji tanpa hutang. Aku pingin andai aku mati sewaktu-waktu anak-anakku ada dana tunai untuk biaya sekolah. Aku akan biarkan masalah berlalu. Lha kalau masih meracuni pikiran?, ya tulis lagi. Beres.
            Kalau mengikhlaskan, mengapa kok masih memel?, karena batasan yang kuberikan dia melanggarnya. Carilah istri lain gadis atau janda, jangan istri orang. Tahu berdosa, masih…
            Sabar, sabar, sabar, biarkan , biarkan , dan biarkan. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagiku, dia dan suamiku.
Peterongan, menuju malam 1 Desember 2011

Kisah Pamungkas ( 2012)

            Bukanlah maksud diri untuk mengumbar aib diri sendiri dan keluarga, tapi beginilah adanya, apapun yang terjadi takdir jualah yang telah berkata.
            Perselingkuhan yang terjadi antara suamiku dengan si R, teman akrabnya yang terkini (karena sebelumnya juga pernah akrab dengan beberapa teman perempuan),mungkin sudah berlangsung lama.Sejak akrab karena sama-sama ketua KKG Bermutu, atau bahkan sebelumnya, dalam kapasitas sebagai guru LBB. Dua tiga tahun berjalan. Persahabatan, pertemanan, mungkin hal yang wajar dalam dunia kerja. Namun fakta mengatakan lain,  sms mesra muncul kian deras  dua tahun belakangan ini. Puncaknya,  saat aku menemukan 76 sms mesra, aku nggak tahan lagi. Isinya di luar batas kewajaran. Gimana rasanya tak cium tadi ?, andai aku bisa mengulang saat-saat indah bersamamu, panggilan mesra papa mama, ku tunggu di musholla pasar M, cepetan pa aku sudah kangen, bagaimana cara mencegah kerinduan ini?, dsb. Dsb. Kutunjukkan suami, kusembunyikan hpnya, semalaman dia mencari-cari, paginya  dengan menangis-nangis dia minta maaf. Tidak akan mengulangi lagi. Aku tidak tega, kutunjukkan hpnya, lalu semua sms -sms itu dihapusnya. Dan kami berbaikan lagi. Begitu seterusnya hingga dua tiga kali terulang. Aku harus bagaimana?
            Aku menyadari suamiku orang yang pandai mengatur bicara, mampu berkomunikasi dalam menghadapi situasi apapun. Siapapun termasuk aku selalu luluh dalam kata-kata manisnya. Semua kata-kataku selalu dibalasnya dengan penuh rasa percaya diri. Siapa orangnya yang sanggup untuk tidak mempercayainya?
            Namun dari hari kehari aku diliputi rasa ketidakpercayaan. Rasa itu menggerogoti jiwa dan fisikku. Aku sudah tidak percaya lagi dengan suamiku. Apalagi hpnya hampir dua tahun ini selalu disembunyikan, dengan alasan kalau aku ngonangi sms yang tidak kusuka aku selalu mengintimidasi pengirimnya. Ya, itu memang kulakukan. Wanita mana yang tahan membaca sms seperti ini “Pa, ingin rasanya aku mengulang kembali saat-saat seperti itu..”, atau “Gimana rasanya tak cium tadi?”,…sms –sms mesra ituterus membayang di benakku, gila rasanya aku tak bisa menghapus tulisan-tulisan itu meski sms aslinya sudah dihapus. Kutelpon dia, kutanya bagaimana ini smsnya kok sudah seperti itu?. Dengan enteng dia menjawab,” Lalu mau ibu bagaimana?...,kubalas lewat sms, kalau begitu aku lebih baik pisah saja, biar hubungan kalian tidaka ada yang menghalangi.Lewat sms dia menulis juga, “Nggih dipenggalih rumiyin bu, mpun kesesa!.”  Oh, berarti hubungan mereka memang sudah jauh.Namun kukuatkan diri bahwa aku harus mempercayai suamiku. Aku masih membuang jauh-jauh pikiran bahwa mungkin dia sudah tidur dengan suamiku.Semua kukembalikan kepada Tuhan, ya Alloh beri aku kekuatan. Kehidupan pun kembali seperti biasa.
            Waktu berlalu , takkusangka suamiku makin sekonyong koder dengan si R, ketika tak sengaja aku melihat hp yang dices, di samping tempat tidur di mana suamiku tertidur pulas, aku seolah-olah ditunjukkan oleh Alloh untuk melihat- lihat hp suamiku lagi. Alasannya sepele, pagi hari sebelumnya hp itu lenyap. Dan dengan tatapan menuduh, suamiku seolah-olah mengira aku menyembunyikannya. Sempat ku bilang, “aku wis ora ngurusi hp, kabeh tak pasrahna nang Gusti Alloh. Bah-bah sakkarepmu!”.
            Ya Alloh, di dalam hp aku menemukan lima sms mesra, saling menjawab yang bunyinya seperti berikut ini:
1.      S KCL DH TDR, KULO SNDR PA
2.      Ilhm k mn? Andai q d stu pasti kt sling cumbu geh ma pjit2an sling belai raba n…
3.      ILHM MSH BLJR KLMPOK, GEH PA, JNENGN PKAI KATOK PENDK P SRUNG NYUCI MBLNY
4.      Q hbs bntu fris td periksa mbl mur bautny n jg aki skrg lg nyuci mbil. Q amt mnyayangi mama n pngn sgara nikh jd pyn trllu cpt tp q thu pyn blm legowo dgn
5.      NEK MANTUN NYUCI MBL, DANG ISTRHT BIAR GAK SKT.KULO GEH BADHE SARE, Q JG SNGT MNYYNGI PAPA
Aku seolah tak percaya, kepercayaanku pada suamiku runtuh sudah. Lalu aku coba melongok rekaman video di hp itu. Ya Alloh, Ya Robbi, aku melihat sebuah video yang benar-benar di luar dugaanku. Dengan background di kamar hotel, si R dengan hanya memakai balutan kain berlenggak-lenggok di syuting suamiku dengan senyam senyum wanita menggoda.Diiringi suara TV dan suara mesra suamiku. Haqqul yakin, itu suara suamiku. Lalu adegan diakhiri dengan menutup selambu kamar.Syuting pun berakhir.  Aku langsung murus setelah melihatnya. Satu video sudah cukup membuatku mengambil keputusan. Entahlah aku sudah kalut lalukocopi video itu. Dengan bantuan anakku copian video dan sms itu, disimpan di berbagi  tempat, supaya tidak dihapus oleh suamiku. Mereka berdua sudah di luar batas norma-norma. Dia bersuami, suamiku beristri. Bagaimana  mungkin semua norma-norma agama, moral, dan sosial mereka langgar?. Karena cinta? Karena nafsu? Karena apa?. Tapi yang jelas aku sudah tidak diperhitungkan di situ. Mereka berdua sama-sama PNS, pergi berdua ke hotel, tanpa mereka minta pun asumsi publik akan mengarah ke perbuatan asusila.Diakui atau tidak, itu sudah perbuatan dosa. Tanggung sendiri dosa itu, kata tobat ucapkanlah berulang kali, tapi aku sudah tidak menyisakan sedikit pun tempat di hati untuk menerima tobatnya. Aku sudah trauma. Hatiku sudah teriris-iris sejak lama, lama sekali. Biarlah aku menjauh dari kehidupannya. Aku harus berani melangkah sendiri menatap masa depan, jalan di depanku masih panjang. Tapi ku harus!.
Aku harus mengakhiri sekarang, kata maaf sudah bukan jaminan seseorang untuk berubah. Aku harus memikirkan diriku sendiri. Ya, akhirnya kulayangkan surat gugat cerai.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar