Halaman

Translate

Senin, 12 Desember 2016

Opini (Antara Dahlan Iskan, Azrul Ananda, dan Aku)



Antara Dahlan Iskan, Azrul Ananda, dan Aku
Kekagumanku kepada Bapak Dahlan Iskan mengalir begitu saja. Berawal dari kesukaanku membaca catatan beliau saat menjalani operasi ganti hati. Mulanya biasa saja,...kata sebuah lagu. Lama-lama ketagihan. Hingga kumerasa bahkan harus memiliki bukunya. Alhamdulillah, saat itu buku Ganti Hati dapat kuperoleh dengan gratis. Cukup dengan membayar langganan koran 3 bulan ke depan. Kuikuti dalam diam setiap tulisan beliau. Stile yang beda, fresh, dan up to date membuatku ketagihan kepada tulisan beliau setiap kali muncul di koran ini. Kagumku memunculkan iri. Sangat iri. Bagaimana tidak iri? Semangat yang makantar-kantar kurasakan betul dalam setiap tulisannya. Optimis full!.
Lalu kubandingkan dengan diriku sendiri yang hidup dalam zona aman sebagai salah satu warga negara Indonesia. Apa yang sudah kulakukan? Kesibukanku hanya dari ini ke ini, itu ke itu. Sudah bukan berita baru bahwa aku, sebagai salah satu pegawai negeri yang  selalu memilih kehidupan yang aman dan nyaman. Bekerja begini saja sudah dapat gaji. Mau bagaimana lagi?. Kok golek repot!. Kesukaanku satu-satunya adalah membaca. Majalah, novel, dan koran ini, yang bisa kutemui setiap pagi. Cukuplah dengan membaca, membaca, dan membaca. Kuresapi sendiri, untuk hidupku sendiri.
Akhir-akhir ini aku malah tergelitik dengan kehadiran seorang pemuda yang tulisannya mampu menyentil hatiku. Sungguh, meski aku orang awam, karena kesukaanku dalam membaca, aku bisa memilih dan memilah mana tulisan yang bagus dan tidak. Dan,...tulisan dari Mas Azrul Ananda, sungguh mampu menjadi oase dalam dominasi gaya formal di koran ini. Aku sudah lama juga ‘mengenal’nya sebenarnya. Sejak usum DBL-DBL dulu itu. Tapi aku tidak sebegitunya karena aku merasa sudah melewati level anak muda. Tapi sekarang, aku selalu menantikan Happy Wednesdaynya. Kangennnn,...seolah ingin bertemu pacar lama. Hehehe...
Di usiaku sekarang yang memasuki kepala empat, tiap kali membaca Happy Wednesday Mas Azrul, aku seolah hidup kembali di zaman yang diceritakan. Atau aku merasa enjoy dengan pemikiran-pemikirannya yang kurasa masuk nalar dan manusiawi . Mas Azrul mampu mendudukkanku pada pemikiran bahwa salah, keliru, atau apa pun lagi kesalahan dalam hidup yang pernah kulakukan, hal itu wajar. Jangan disesali. Tapi,...juga tidak baik untuk diulangi. Bernada humor, nggak ngguroni, tapi...mancep!. sungguh apalah...apalah...(minjem istilah Mbak Iis Dahlia, juri DA2).
Ternyata benang merah antara beliau berdua yang notabene bapak anak adalah buah apel jatuh tidak jauh dari batangnya. Dulu, ...aku saat aku baru awal-awal mengamati Mas Azrul, aku sempat suudzon, palingo ya...sedikit banyak digeret-geret bapaknya. Tapi membaca dan terus membaca tulisan Pak Dahlan Iskan maupun Mas Azrul Ananda, aku tahu dan bisa menjawab sendiri bahwa suudzonku tidak berdasar sama sekali. Salah pooll!. Maaf, nggih Mas Azrul?.
Anugerah terbesar dari kekagumanku kepada Pak Dahlan dan sekarang juga kepada Mas Azrul, adalah aku kelunturan semangat menulis. Sejak tahun 2013, aku mulai mengorek kemampuan lamaku saat masa sekolah dulu dalam menulis cerita. Bukan cerita panjang, hanya cerita pendek berbahasa daerah. Dan semangatku makin menggebu kala tulisanku termuat di salah satu majalah berbahasa daerah yang eksis di daerahku. Kutulis opini ini sebagai wujud rasa terima kasih atas motivasi yang kuperoleh dari semua tulisan beliau berdua. Ada kenikmatan batin tak terkira saat tulisanku dimuat.
Barakalloh tuk hidup beliau berdua khususnya, dan bagi seluruh penikmat tulisan pada umumnya.
Ibarat angin lalu, beliau berdua senantiasa bertiup ke segala arah, mungkin aku takkan pernah sempat tersapa, namun yang terhirup olehku menjadikanku tetap hidup untuk melanjutkan hidup dengan lebih bersemangat. Semoga!.

(25-04-2015)
Sip. Eni Siti Nurhayati
d.a. MTsN Bangsalsari-Jember (68154)
No hp. 085-655085727

Tidak ada komentar:

Posting Komentar